
Ada yang berbeda dengan gaya berpakaian sejumlah rekan kerja Anda hari
ini? Jika diperhatikan banyak yang mengenakan pakaian batik, sebab hari
ini, 2 Oktober, diperingati sebagai Hari Batik Nasional.
Tanggal 2 Oktober dijadikan Hari Batik Nasional sejak UNESCO menetapkan batik sebagai
Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Dengan penetapan ini, Indonesia diminta untuk melestarikan motif hias khas yang ada sejak zaman dulu kala.
Tapi, seperti apa sejarah batik di Nusantara?
Menilik etimologinya, kata batik berasal dari kata "
amba" dan "
titik",
yang berarti "menulis titik". Ada juga yang berpendapat bahwa batik
secara hipotesis berasal dari akar kata Proto-Austronesian, yaitu "
beCik" yang berarti "melakukan tato". Kata ini sendiri kemudian tercatat pertama kali secara resmi dalam bahasa Inggris di
Encyclopedia Britannica pada 1880, dengan tulisan "
battik".
Secara
umum, seni pewarnaan kain dengan teknik perintang menggunakan zat
seperti lilin dikenal bahkan sejak periode abad 4 SM di Mesir. Saat itu
ditemukan kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam atau zat lilin
yang membentuk pola teratur. Di Asia, teknik ini juga ditemukan di
Dinasti Tang Cina (618-907 M), India, dan Jepang di periode Nara
(645-794 M).
Sedangkan di Indonesia, meskipun kata batik kuat
diduga berasal dari bahasa Jawa, tapi G.P. Rouffaer dan N.J. Krom
berpendapat bahwa teknik batik diperkenalkan dari India atau Srilanka.
Seni batik ini dibawa oleh masyarakat Kalingga-Koromandel dari India ke
Jawa pada 4 Masehi, melalui jalur perdagangan. Rouffaer pun menyebut
penggunaan alat canting untuk membentuk pola
gringsing sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur.
Tapi
pendapat ini kemudian dibantah oleh arkeolog J.L.A. Brandes yang
menyebut batik sudah dikenal oleh masyarakat Nusantara sejak masa
prasejarah. Brandes bersama F.A. Sutjipto mengatakan tradisi batik
diperkirakan berasal dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan
Papua. Wilayah Nusantara itu merupakan wilayah yang belum dipengaruhi
Hinduisme India, tapi memiliki tradisi kuno dalam membuat batik.
Bahkan,
Brandes menyebut batik sebagai satu dari 10 hasil kebudayaan asli
Indonesia. Selain batik, kebudayaan itu adalah kemampuan bercocok tanam,
kemampuan berlayar dan mengenal arah angin, pertunjukan menyerupai
wayang atau seni
puppet, kemampuan bermusik dengan alat musik
pukul yang ritmis (menyerupai gamelan), kerajinan logam, penggunaan alat
ukur, alat tukar dari logam (seperti uang), sistem perbintangan, dan
mengenal birokrasi atau susunan masyarakat teratur.
Tapi, motif
batik yang dimaksud tak terbatas pada penggunaan di bahan kain. Karena
ragam hias batik juga berkembang di arca, juga candi. Bahkan di arca
Prajnaparamita
terlihat pakaian dengan detail yang menampilkan pola sulur tumbuhan dan
kembang-kembang dengan motif yang kompleks, seperti pola batik
tradisional asal Jawa yang ditemukan sekarang. Ini memperlihatkan bahwa
pola yang batik yang rumit itu telah ada sejak abad ke-13, bahkan lebih
awal.
Kini budaya membatik masih dipelihara di Indonesia. Bahkan
setiap daerah punya kekhasan pola hiasnya masing-masing. Dengan
penetapan dari UNESCO, Indonesia pun memiliki kebanggaan sebagai pewaris
kebudayaan batik yang diakui dunia.
Batik pun kini tidak lagi
dianggap tradisional, dan bisa dipadu-padankan dengan fashion modern.
Jadi, tak ada alasan untuk malu untuk berbatik. Selamat Hari Batik
Nasional!