Hadits Ke-3:
Dari
Ibnu Mas'ud r.a., Rasulullah saw. bersabda, "Penyebab utama kehancuran
Bani Israil adalah, jika orang (shalih) di antara mereka bertemu dengan
pelaku maksiat, ia berkata, "Takutlah kamu kepada Allah, janganlah kamu
berbuat begitu, karena hal itu tidak halal bagimu!" Kemudian esoknya,
orang shalih itu bertemu kembali dengan orang itu dalam keadaan sama,
tetapi ia tidak melarangnya, bahkan orang shalih itu makan, minum, dan
duduk bersamanya. Ketika mereka berbuat demikian, Allah menyatukan hati
mereka (hatinya disamakan dengan hati pelaku maksiat tersebut). Kemudian
Nabi saw. membacakan ayat, 'Telah dilaknat orang-orang kafir dari kaum
Bani Israil melalui lisan Dawud dan Isa bin Maryam. Hal itu disebabkan
mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak saling melarang
kemungkaran yang mereka lakukan. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka
lakukan. Engkau lihat kebanyakan mereka mengangkat orang-orang kafir
menjadi pemimpin. Sungguh amat buruk apa yang mereka sediakan bagi diri
mereka, yaitu murka Allah ke atas mereka dan mereka kekal dalam adzab.
Dan jika mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi, dan apa-apa yang
diturunkan kepadanya, tentu mereka tidak akan mengambil orang-orang
kafir menjadi pemimpin, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang
fasik." Kemudian Nabi saw. bersabda, "Ingatlah, demi Allah, kalian harus
mengajak kebaikan dan mencegah keburukan, cegahlah mereka yang berbuat
zhalim dan serulah mereka kepada kebenaran yang hakiki." (Abu Dawud,
Tirmidzi - At Targhib).
Hadits lain menyatakan bahwa ketika
Rasulullah saw. sedang duduk bersandar di bantal, tiba-tiba beliau
berdiri dengan penuh semangat lalu bersabda dan bersumpah, "Demi Allah,
kamu tidak akan mencapai keselamatan selama kamu tidak mencegah
penzhalim dari kezhalimannya." Beliau juga bersabda, "Kalian hendaklah
selalu mengajak kepada kebenaran, mencegah kemungkaran, dan menghentikan
penzhalim dari kezhalimannya dan mengajak mereka kepada kebaikan. Jika
tidak, hati kalian akan disatukan dengan hati mereka, dan kalian akan
dilaknat oleh Allah sebagaimana Allah telah melaknat Bani Israil."
Kemudian beliau membaca ayat Al-Quran yang menegaskan bahwa Bani Israil
telah dilaknat karena mereka tidak mencegah orang lain dari perbuatan
yang dilarang.
Dewasa
ini dipandang sebagai kebaikan apabila seseorang selalu berdamai dan
menggembirakan setiap orang pada setiap waktu dan keadaan. Dan ini
dianggap sebagai kesempurnaan dan keramahan. Ini adalah pendapat yang
keliru, sebab jika perbuatan kita tidak bermanfaat untuk amar ma'ruf
nahi mungkar, maka diam itu lebih baik (daripada selalu mengiyakan).
Sebaliknya, jika ada kesempatan untuk menyampaikan dan mengajak kepada
kebaikan, misalnya kepada para bawahan, istri, anak, atau kenalan,
sebaiknya kita tidak diam membisu. Pada saat seperti itu, diam bukanlah
akhlak yang baik, bahkan diam pada saat seperti itu merupakan kesalahan
yang besar, baik secara syariat atau adat. Sufyan Ats-Tsauri rah.a.
berkata, "Barangsiapa sangat disukai dan dimuliakan tetangganya,
kenalan, dan sanak saudaranya, kami menduga jangan-jangan ia tidak tegas
dalam berdakwah!"
Banyak
hadits yang meriwayatkan bahwa bila kemaksiatan dilakukan secara
sembunyi-sembunyi, maka akibat buruknya hanya akan menimpa pelakunya,
tetapi jika maksiat dilakukan secara terang-terangan dan orang yang
dapat mencegahnya hanya berdiam diri, maka semua orang akan mendapat
akibat buruknya. Sekarang, setiap orang hendaknya memikirkan berapa
banyakkah kemaksiatan yang terjadi di hadapan kita setiap hari, yang
sebenarnya kita dapat mencegahnya, tetapi kita justru mengabaikannya dan
tidak mempedulikannya? Tak seorang pun dari hamba Allah yang berusaha
menghapus kemungkaran tersebut. Bahkan sekarang, jika ada orang yang
berusaha mencegah kemungkaran; maka ia akan ditentang, disalahkan,
bukannya dibantu, tetapi malah dilawan. Al-Quran menyatakan:
"Dan
orang-orang yang zhalim itu akan mengetahui ke tempat manakah mereka
akan kembali (untuk diadzab)." (Q.s. Asy-Syu'araa': 227).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar