Senin, 07 Januari 2013

Hadits-Hadits Rasulullah saw. Tentang Pentingnya Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Hadits Ke-3:

Dari Ibnu Mas'ud r.a., Rasulullah saw. bersabda, "Penyebab utama kehancuran Bani Israil adalah, jika orang (shalih) di antara mereka bertemu dengan pelaku maksiat, ia berkata, "Takutlah kamu kepada Allah, janganlah kamu berbuat begitu, karena hal itu tidak halal bagimu!" Kemudian esoknya, orang shalih itu bertemu kembali dengan orang itu dalam keadaan sama, tetapi ia tidak melarangnya, bahkan orang shalih itu makan, minum, dan duduk bersamanya. Ketika mereka berbuat demikian, Allah menyatukan hati mereka (hatinya disamakan dengan hati pelaku maksiat tersebut). Kemudian Nabi saw. membacakan ayat, 'Telah dilaknat orang-orang kafir dari kaum Bani Israil melalui lisan Dawud dan Isa bin Maryam. Hal itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak saling melarang kemungkaran yang mereka lakukan. Sungguh, sangat buruk apa yang mereka lakukan. Engkau lihat kebanyakan mereka mengangkat orang-orang kafir menjadi pemimpin. Sungguh amat buruk apa yang mereka sediakan bagi diri mereka, yaitu murka Allah ke atas mereka dan mereka kekal dalam adzab. Dan jika mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi, dan apa-apa yang diturunkan kepadanya, tentu mereka tidak akan mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik." Kemudian Nabi saw. bersabda, "Ingatlah, demi Allah, kalian harus mengajak kebaikan dan mencegah keburukan, cegahlah mereka yang berbuat zhalim dan serulah mereka kepada kebenaran yang hakiki." (Abu Dawud, Tirmidzi - At Targhib).
Hadits lain menyatakan bahwa  ketika Rasulullah saw. sedang duduk bersandar di bantal, tiba-tiba beliau berdiri dengan penuh semangat lalu bersabda dan bersumpah, "Demi Allah, kamu tidak akan mencapai keselamatan selama kamu tidak mencegah penzhalim dari kezhalimannya." Beliau juga bersabda, "Kalian hendaklah selalu mengajak kepada kebenaran, mencegah kemungkaran, dan menghentikan penzhalim dari kezhalimannya dan mengajak mereka kepada kebaikan. Jika tidak, hati kalian akan disatukan dengan hati mereka, dan kalian akan dilaknat oleh Allah sebagaimana Allah telah melaknat Bani Israil." Kemudian beliau membaca ayat Al-Quran yang menegaskan bahwa Bani Israil telah dilaknat karena mereka tidak mencegah orang lain dari perbuatan yang dilarang.
Dewasa ini dipandang sebagai kebaikan apabila seseorang selalu berdamai dan menggembirakan setiap orang pada setiap waktu dan keadaan. Dan ini dianggap sebagai kesempurnaan dan keramahan. Ini adalah pendapat yang keliru, sebab jika perbuatan kita tidak bermanfaat untuk amar ma'ruf nahi mungkar, maka diam itu lebih baik (daripada selalu mengiyakan). Sebaliknya, jika ada kesempatan untuk menyampaikan dan mengajak kepada kebaikan, misalnya kepada para bawahan, istri, anak, atau kenalan, sebaiknya kita tidak diam membisu. Pada saat seperti itu, diam bukanlah akhlak yang baik, bahkan diam pada saat seperti itu merupakan kesalahan yang besar, baik secara syariat atau adat. Sufyan Ats-Tsauri rah.a. berkata, "Barangsiapa sangat disukai dan dimuliakan tetangganya, kenalan, dan sanak saudaranya, kami menduga jangan-jangan ia tidak tegas dalam berdakwah!"
Banyak hadits yang meriwayatkan bahwa bila kemaksiatan dilakukan secara sembunyi-sembunyi, maka akibat buruknya hanya akan menimpa pelakunya, tetapi jika maksiat dilakukan secara terang-terangan dan orang yang dapat mencegahnya hanya berdiam diri, maka semua orang akan mendapat akibat buruknya. Sekarang, setiap orang hendaknya memikirkan berapa banyakkah kemaksiatan yang terjadi di hadapan kita setiap hari, yang sebenarnya kita dapat mencegahnya, tetapi kita justru mengabaikannya dan tidak mempedulikannya? Tak seorang pun dari hamba Allah yang berusaha menghapus kemungkaran tersebut. Bahkan sekarang, jika ada orang yang berusaha mencegah kemungkaran; maka ia akan ditentang, disalahkan, bukannya dibantu, tetapi malah dilawan. Al-Quran menyatakan:
"Dan orang-orang yang zhalim itu akan mengetahui ke tempat manakah mereka akan kembali (untuk diadzab)." (Q.s. Asy-Syu'araa': 227).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar